Bogor, 8 November 2022. Dalam rangkaian peringatan HUT PGRI ke 77 dan hari Guru Nasional Tahun 2022 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Nanggung bekerjasama dengan Pusat Kegiatan Guru (PKG) Kecamatan Nanggung bertempat di GOR PGRI Kec. Nanggung berkolaborasi mengadakan kegiatan “Seminar Sekolah Ramah Anak” . Kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan Lingkungan Pendidikan yang nyaman dan aman bagi seluruh peserta didiknya khususnya dalam hal Perundungan dan Bullying yang saat ini tengah marak terjadi disekolah-sekolah se Indonesia baik Tingkat TK, SD, SMP maupun SMA.
Kegiatan ini cukup menyedot perhatian guru-guru se-kecamatan Nanggung, hal ini terlihat dari jumlah peserta yang meningkat cukup signifikan dibanding kegiatan-kegiatan serupa yang pernah diadakan di Kecamatan Nanggung. Sebanyak 149 guru SD dan MI Se-Kecamatan Nanggung memenuhi ruangan GOR PGRI pada hari itu. Antusiasme dari para peserta cukup terlihat selama mengikuti kegiatan tersebut.
Sebagai pembuka kegiatan Ketua PKG Kecamatan Nanggung Bapak Khairuddin, M.Pd mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak ibu guru yang telah bersedia mengikuti kegiatan tersebut dengan sukarela , beliau berharap dengan diadakannya kegiatan tersebut menjadikan Nanggung menjadi kecamatan yang bebas Bulliying dan Perundungan. Selanjutnya Ketua PGRI Cabang Nanggung Bapak Endang S.Pd menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini semoga menjadi salah satu penguat bagi guru-guru untuk lebih solid lagi dalam mencegah setiap kemungkinan yang mengarah pada perundungan dan bulliying terjadi disemua sekolah se-Kecamatan Nanggung khususnya dan se Kabupaten Bogor pada umumnya.
Pengawas sekolah TK SD Bapak Saepulloh,S.Pd.I.,MM sebagai unsur perwakilan dinas Pendidikan Kabupaten Bogor sangat mengapresiasi PGRI dan PKG Kecamatan Nanggung sebagai penyelenggara kegiatan, beliau berharap semoga upaya yang telah dilakukan oleh PGRI dan PKG tersebut memberi dampak yang baik bagi terwujudnya Sekolah se-Kecamatan Nanggung yang Ramah Anak. Beliau juga berharap semoga kedepannya kegiatan-kegiatan serupa akan terus bisa dilakukan demi kemajuan dunia pendidikan di Kecamatan Nanggung.
Seminar Sekolah Ramah Anak ini menghadirkan Pembicara yang cukup mumpuni di Dunia Perlindungan Anak, adalah Ibu Retno Listyarti,M.Si. salah satu Komisioner KPAI hadir sebagai pengisi utama kegiatan tersebut. Mengawali pembahasannya beliau menampilkan beberapa kasus yang pernah ditangani KPAI selama tahun 2022 . Dari semua kasus yang ditampilkan ternyata dampak yang berbeda-beda namun mencengangkan, ada korban yang mengalami trauma psikis berat bahkan tak sedikit yang berakhir pada kematian. Selain itu menurut Pusdatin KPAI selama tahun 2021 KPAI menerima aduan sebanyak 2.982 kasus yang didominsai dengan kasus Kekerasan Fisik dan Psikis diangka 1138 kasus, diikuti oleh kekerasan Seksual diangka 859 kasus dan tersebesar ke tiga adalah Pornografi dan Cyber crime I diangka 345 kasus. Menurut beliau ini baru yang melaporkan dan diketahui oleh KPAI kalau ditambah yang tanpa laporan dan tidak diketahui KPAI pasti akan menunjukkan angka yang sangat menghawatirkan. Oleh karena itu Guru sebagai salah satu agen yang memiliki Power untuk membantu menekan angka-angka itu melalui berbagai cara pencegahan yang harus terus digaungkan di sekolah-sekolah. Selain memiliki Program Sekolah Ramah Anak hendaknya setiap sekolah juga memiliki satgas khusus yang menangani hal tersebut, dan hal paling mendasar adalah kepekaan serta kepedulain antar warga sekolah lah yang menjadi kunci utama dalam proses identifikasi kemungkinan terjadinya perundungan di lingkungan sekolah. Karena perundungan tidak hanya terjadi antar sesama siswa saja, melainkan ada yang berasal dari warga sekolah lainnya seperti guru, penjaga sekolah, kepala sekolah bahkan orang-orang yang berjualan disekitaran sekolahpun memungkinkan untuk melakukan kejahatan pada anak.
Retno menyampaikan “perundungan itu ada beberapa jenis mulai dari perundungan verbal, fisik, sosial dan perundungan di dunia maya (cyber bulliying).” Guru-guru disekolah hendaknya peka terhadap ciri-ciri yang dtunjukkan anak yang telah menjadi korban perundungan seperti; murung, prestasi menurun, ketakutan, enggan bergaul,kesehatan sering terganggu, memiliki pikiran untuk bunuh diri dan lain-lain. Jika kita mendapati salah satu anak didik kita menjadi korban atau pelaku perundungan segeralah di atasi dan diselesaikan jangan sampai ada pembiaran, karena jika pembiaran itu terus dilakukan bisa jadi akan mengancam nyawa si anak. Cara penyelesaiannya mulai dari bimbingan bagi kasus yang masih ditarap rendah dan sedang, dan pelaporan kepada pihak berwajib jika sudak masuk ke tarap berat. Jangan malu untuk mengungkap sebuah kesalahan yang ada disekolah kita hanya untuk melindungi citra sekolah, karena jika ditutupi kemungkinan besar akan terjadi kasus-kasus lain dikemudian hari. Jika sudah seperti itu maka korban dan pelaku akan semakin banyak bermunculan.
Retno juga menekankan “tanamkan pada diri anak baik di sekolah maupun dirumah bahwa menyakiti orang lain itu tidak wajar, membully orang lain itu tidak benar” sehingga alam bawah sadar anak sedikit demi sedikit akan merekam hal tersebut yang kemudian menjadi pembatas diri anak agar tidak akan jadi pelaku dan tidak akan diam disaat jadi korban. Dalam kasus bulliying baik itu yang melakukan, yang menyaksikan bahkan yang membiarkan itu semua ada hukuman yang menantinya. Tidak benar jika pembelajaran dengan kekerasan akan membentuk manusia yang hebat. Karena sebenarnya kekerasan hanya akan meninggalkan luka yang tidak nampak, sehingga cenderung akan dilakukan dikemudian hari oleh si korban kepada korban berikutnya. Pelimpahan kasih sayang, perhatian, dan penghargaan akan membentuk anak yang sukses dan bahagia.
Report by Sri Elva Amanah,S.Pd
Taken by Ferry Muhammad Firdaus,S.Pd